Rabu, 04 Agustus 2010

Ajak si Kecil Sambut Ramadan

SEMANGAT menyambut bulan Ramadan sebaiknya ditularkan pada anak sejak dini.Bila sudah mampu, mungkin Anda bisa mulai mengajaknya puasa di bulan suci tahun ini.

Bulan Ramadan sebentar lagi tiba. Dalam hitungan hari kita akan memasuki bulan penuh berkah. Umumnya, terjadi beberapa perbedaan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.Dan keadaan itu juga bakal dirasakan oleh anak-anak. Seperti berpuasa, salat tarawih, dan lebih banyak kegiatan agama lainnya. Agar anak tidak kaget dengan kebiasaan tersebut,sosialisasikan soal bulan Ramadan mulai sekarang.


Di saat anak belum mendapatkan pendidikan sebelum memasuki masa sekolahnya, saat itulah peranan orang tua menanamkan kehidupan sosial, moral, termasuk penanaman nilai-nilai agama.Mendidik anak untuk mendapatkan pengajaran tentang agama memang wajib dilakukan,sama halnya dengan salat, puasa pun diwaji-bkan bagi mereka yang mampu.

Psikolog Keluarga dari Kasandra & Associates,Kasandra Putranto MPsi menuturkan bahwa menanamkan norma agama pada anak memang sebaiknya dilakukan sejak dini dan sebaiknya dilakukan dengan cara-cara menyenangkan dan ingat, tanpa ada paksaan. ”Untuk mengenalkan ajaran agama memang sebaiknya dilakukan dengan cara menyenangkan.

Sama halnya pada saat mengajarkan puasa,” tuturnya saat dihubungi oleh SI. Kasandra menyarankan agar mengajarkan puasa kepada anak dilakukan dengan cara perlahan dan bertahap. Dimulai dari mengenalkan bahwa puasa itu adalah hukumnya wajib bagi yang sudah balig. Dan di umur anak sudah mulai bisa diajarkan berpuasa,maka kenalkanlah puasa dalam arti menahan lapar dan haus untuk waktu beberapa jam. Umumnya, pada usia lima tahun anak sudah mampu berpuasa hingga siang hari. Dikatakan oleh psikolog keluarga dari Universitas Indonesia, Sani B Hermawan Psi, bahwa mengajarkan dan mengenalkan anak pada bulan Ramadan bisa dilakukan setelah anak bisa berdialog dua arah. Misalnya usia 2 sampai 3 tahun.

“Kenalkan istilah Ramadan, Lebaran, bermaaf-maafan, sahur, dan lainnya,walaupun maknanya sendiri anak belum jelas. Tetapi paling tidak, dia mengenal atau familier dengan istilah tersebut,” tuturnya. Mengenalkan puasa bisa dilakukan dengan cara yang mudah, misalnya “Ayo dik, temenin Bunda buka puasa. Ini kan bulan Ramadan, jadi Bunda harus berpuasa”. Atau “Adik,Mama mau masak spesial buat buka puasa nanti, kamu mau mama masakin apa? Kamu mau kan ikutan puasa bareng semua keluarga.” Dialog-dialog seperti itulah yang mudah dikenalkan pada anak dan membuat anak mengerti arti Ramadan.

“Yang terpenting kita membuat sesuatu yang ’berbeda’ dibanding bulan sebelumnya,”tutur psikolog yang berpraktik di Kemang Timur 11 no 9 B ini. Sani mencontohkan, saat memasuki bulan suci, orang tua bisa membuat ucapan yang ditempel di pintu dengan kata ”selamat memasuki bulan suci Ramadan”. Hal ini bisa dilanjutkan untuk membahas makna puasa, kewajiban umat Islam,dan lainnya. Mengenalkan bulan Ramadan, bisa juga dilakukan dengan menceritakan cerita-cerita Islam yang terkandung makna Ramadan, seperti cerita nabi Muhammad saat menjalani bulan Ramadan yang diisi dengan kegiatan keagamaan. Untuk itu,katakan juga kepada anak bahwa kegiatan di bulan Ramadan bisa diisi dengan hal-hal yang tidak terlampau melelahkan agar latihan puasanya berhasil.

Contohnya kegiatan melukis, melipat, membaca, ataupun membuat kue sederhana. “Selain itu, yang utama juga anak diajarkan kebiasaan orang berpuasa, seperti bangun pada waktu sahur dan ikut berbuka puasa.Kalau anak sudah kuat,bisa dimulai dengan puasa setengah hari,”ungkapnya. Jangan lupa untuk menjelaskan kepada anak manfaat melakukan puasa.

Di antaranya dengan menjelaskan bahwa dengan puasa, maka anak jadi lebih bersyukur akan nikmat yang ada selama ini. Bahwa salah satu tujuan puasa ialah pengendalian diri.Orang tua atau guru di sekolah bisa mengajarkan pengendalian diri pada saat puasa,seperti makan,minum, dan amarah. Hal itu bisa saja dilakukan agar anak pun lebih bisa mengontrol emosi. Selain itu, buat anak yang berhasil berpuasa, ada kebahagiaan dan kepuasan bahwa dia bisa mencapai suatu prestasi tertentu. Jika anak tidak mau menuruti perintah orang tua untuk berpuasa, jangan pernah memarahi anak.

Yang harus dilakukan, orang tua harus terus memberi motivasi bahwa anak bisa melakukannya, misalnya dengan puasa bertahap dari buka jam 9,12,2,4,hingga jam 6 sore sampai waktunya berbuka tiba. Agar puasa lebih menyenangkan, jangan lupa buat kegiatan yang mengasyikkan agar anak bisa mengalihkan perhatian dan terlupa bahwa dia sedang berpuasa. “Jangan lupa beri reward sederhana, namun berarti agar terjadi penguatan perilaku, misalnya membeli masak-masakan yang bisa digunakan untuk ngabuburit,” pesan Sani.

(inggrid namirazswara)

Tidak ada komentar: